Total Tayangan Halaman

Rabu, 26 Oktober 2011

Pasar Kuin The Floating Market

Menulis itu seni... membual!
Saya pernah membeli VCD (asli) produksi National Geographic, yang bertitel The Silk Road (Jalan Sutra). Sekadar informasi, Jalan Sutra adalah jalur perdagangan melalui Asia Selatan yang menghubungkan kota Chang'an (China) dengan kota-kota di Eropa abad pertengahan. Istilah Jalan Sutra sendiri baru digunakan pada abad ke-19 oleh  geografer berkebangsaan Jerman, Ferdinand von Richthofen karena komoditas utama dalam perdagangan tersebut adalah sutra. 
Ada yang mengejutkan saya ketika melihat video itu. Dari video itu saya mengetahui bahwa Marco Polo tak pernah menginjakkan kakinya di China. Belakangan, bukti yang menyatakan dia tidak pernah sampai ke China semakin kuat. Tapi mengapa dia bisa menulis buku Description of the World,  yang berisi kisah perjalanannya ke Asia dengan begitu rinci? Konon, buku itu dia buat berdasarkan cerita dari pedagang Persia yang dia jumpai di Laut Hitam. Jadi dia cuma membual? Ya, membual dengan seni.
Terlepas dari penilaian para pakar, saya mengagumi Marco Polo. Saya mengagumi karena hanya berdasarkan cerita orang lain saja dia bisa membuat buku yang sangat melegenda. Menurut saya, apa yang dilakukan Marco Polo itu luar biasa, perlu ditiru, minimal dicobalah. Alasan itu agaknya menjadi pembenaran terhadap tulisan saya ini. Saya akan membual tentang Pasar Kuin di Muara Kuin Banjarmasin. Mari kita mulai.
Dari kejauhan, saya melihat pendar-pendar cahaya, berkelap-kelip seperti kunang-kunang beterbangan. Semakin dekat, semakin jelaslah bahwa pendar-pendar cahaya itu berasal dari perahu-perahu kayu yang bertebaran di atas air. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. 
Fajar belum beranjak pagi. Semilir angin subuh masih terasa sejuk mengelus tubuh. Di dalam perahu-perahu itu, tampak wanita-wanita perkasa dengan dayung di tangannya mengayuh perahu hilir mudik dari tempat satu ke tempat lain menawarkan dagangan yang dibawanya. Suara riuh rendah mereka memecah kesunyian fajar hingga datangnya pagi.
 Itulah sekilas gambaran suasana di Pasar Kuin, sebuah pasar tradisional yang unik dan melegenda di kalangan orang Banjar. Begitu terkenalnya pasar ini hingga ada ungkapan, belum ke Banjarmasin kalau belum ke Pasar Kuin. Ya, berkunjung ke Banjarmasin serasa tidak lengkap jika tidak mengunjungi Pasar Kuin.
Pasar tradisional ini terletak di pertemuan antara Sungai Kuin dan Sungai Barito atau biasa disebut dengan Muara Kuin. Apa uniknya Pasar Kuin? Keunikan Pasar Kuin terletak pada aktivitas para penjual dan pembeli yang dilakukan di atas air. Penjual dan pembeli melakukan transaksi di atas perahu yang mengapung. Karena itulah pasar ini dinamakan Pasar Terapung. Di pasar ini, setiap perahu mengangkut muatan berbeda, mulai dari sayuran, makanan tradisional, buah-buahan hingga bahan pokok kebutuhan sehari-hari. Ada pula perahu yang dirancang sebagai warung makan.
Sejak kapan rutinitas pasar ini mulai? Tidak ada catatan sejarah yang bisa menjelaskannya. Satu hal yang pasti kegiatan perekonomian di atas air ini sudah ada sejak zaman dahulu, bermula dari para pedagang dari sungai-sungai di Banjarmasin yang bertemu.
Orang datang ke pasar ini bukan semata-mata untuk berbelanja. Tidak sedikit dari mereka yang datang ke pasar ini sekadar ingin menikmati sarapan pagi di atas perahu atau berburu makanan tradisional khas Kalimantan Selatan. Tidak kalah menarik dari aktivitas pasar ini adalah masih berlakunya sistem transaksi bapanduk yaitu sistem jual beli dengan cara tukar menukar barang alias barter.
Sama halnya dengan pasar tradisional yang berada di darat, Pasar Terapung juga memiliki ketentuan dalam mengatur lokasi tempat berjualan. Ada lokasi untuk pedagang buah-buahan, ada lokasi yang diperuntukkan khusus untuk pedagang sayuran. Demikian pula dengan pedagang makanan, ada lokasi tersendiri untuk mereka.
Aktivitas perdagangan pasar terapung mencerminkan kebudayaan masyarakat Banjar. Bagi masyarakat Banjar, aliran sungai adalah kehidupan, tempat tinggal sekaligus tempat mencari penghidupan. Berdagang dan belanja di atas aliran sungai bukan semata upaya mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Lebih dari itu, masyarakat Banjar memahaminya sebagai penyatuan diri dengan alam lingkungannya.
Di kalangan penggemar fotografi, Pasar Terapung Muara Kuin mempunyai makna tersendiri. Segala bentuk kegiatan di pasar ini menjadi obyek yang sangat menarik untuk diabadikan. Jika ingin menikmati sekaligus mengabadikan keunikan Pasar Terapung, sebaiknya Anda berangkat ketika hari masih fajar agar bisa lebih puas menyaksikan aktivitasnya. Waktu yang tepat, tiba di lokasi sekitar pukul 05.30 atau pukul 06.00 waktu setempat. Selain suasana sudah ramai kondisi pun sudah mulai benderang.
Hingga kini, Pasar Terapung tetap berlangsung dan terjaga dengan baik. Meski serbuan pasar-pasar modern begitu gencar, Pasar Kuin tetap tak tergantikan.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar