Total Tayangan Halaman

Kamis, 22 September 2011

Sukoharjo, Tempat Lahir Beta

Tidak banyak orang yang mengenalnya. Teringat jelas dalam benakku saat awal-awal kuliah. Ketika itu ada mahasiswa yang bertanya mengenai asalku. Ketika kujawab bahwa saya berasal dari Sukoharjo, raut muka mahasiswa itu memancarkan sejuta tanya. Lalu dari mulutnya meluncur pertanyaan, Sukoharjo itu di mana? 
Pertanyaan itu selalu terlontar setiap saya menyebutkan asalku. Karena malas menjelaskan (plus jengkel), akhirnya kalau ditanya hal yang sama, kujawab dengan cepat, SOLO! Kalau sudah begitu, mereka akan berhenti bertanya. Belakangan saya baru menyadari apa yang saya lakukan itu tidak dapat dibenarkan. Bagaimanapun, Sukoharjo berbeda dengan Solo (sekalipun sebuah kawasan perumahan elit di Sukoharjo diberi nama SOLO BARU). Sukoharjo mempunyai otoritas sendiri yang tidak terikat oleh Solo, meskipun "kota"-nya hanya sepanjang Simpang Lima (Proliman) ke utara sampai Pasar Sukoharjo (tidak lebih dari 500 meter).

 Sisi Kota Sukoharjo (sebelah utara Proliman)

Demikianlah Sukoharjo, sebuah kota yang menyempil dalam peta provinsi Jawa Tengah. Tergencet oleh gemerlap Kota Solo (di bagian utara) dan dinamika Kota Wonogiri (di bagian selatan), menjadikan Kota Sukoharjo semakin termarginal. Barangkali kalau ada selebritis sekelas Dian Sastro atau olahragawan sekelas Chris John, orang baru bisa mengenal kota Sukoharjo. Sayangnya, sampai tulisan ini saya buat belum ada.
Di kota yang serba tidak terkenal inilah saya di lahirkan, tepatnya di kampung Carikan, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, dan tentu saja Kabupaten Sukoharjo pula.

  View Perempatan Carikan (saat ini)
 
Kampung Carikan merupakan batas terluar bagian barat dari Kelurahan Sukoharjo. Di sini orang masih dapat menyaksikan persawahan yang membentang (meskipun sebagian sudah dimanfaatkan untuk permukiman). Teringat ketika masih kecil, persawahan itu merupakan tempat yang representatif  untuk berbagai macam kegiatan (baik siang maupun malam). Kalau siang untuk bermain layangan kalau malam untuk nongkrong (ya, nongkrong karena di persawahan itu tersedia buk-buk tempat duduk) sembari menikmati angin malam dan taburan bintang di langit.
Kegiatan yang paling saya sukai di sekitar persawahan waktu itu adalah tewu, yaitu mencari ikan di kalen (semacam kali tetapi kecil) dengan cara menguras airnya. Ketika air kalen tinggal sedikit, akan tampa ikan menggelepar-gelepar dan kita tinggal menagkapnya. Kotornya badan jangan ditanya, sekujur tubuh bisa penuh dengan lumpur. Kotor tapi asyik.
Kegiatan lain yang mengasyikkan adalah mandi di Kali Ngrukem. Dulu, kali ini cukup lebar, bersih, dan dalam. Sekarang, semua itu tinggal kenangan. Kali itu sekarang hanya menyisakan saluran air yang sempit, dangkal, dan penuh limbah! Sayang sekali.
 
 Jalan menuju jembatan Kali Ngrukem
 
Kembali ke Sukoharjo. Meskipun kota kecil, Sukoharjo sebenarnya kaya akan potensi. Bukan tidak mungkin, potensi tersebut jika dikelola dengan baik akan menjadikan Sukoharjo makmur sebagaimana slogan yang disandangnya, yaitu Sukoharjo Makmur. Potensi dan segala isinya yang ada di Sukoharjo akan saya tulis pada tulisan mendatang. Demikianlah sekilas mengenai kota kelahiran saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar